Festival Dongeng Internasional Indonesia 2025: Menyambung Cerita, Menyatu Rasa

Navaswara.com – Puncak Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) 2025 di Museum Bank Indonesia menjadi semacam klimaks dari perjalanan panjang gerakan mendongeng yang bergulir sepanjang tahun. Di bawah payung komunitas Ayo Dongeng Indonesia, ribuan peserta dari berbagai daerah ikut serta dalam pra-festival dan pasca-festival yang menyalakan kembali semangat bertutur, tradisi yang tak hanya mempererat keluarga, tetapi juga memantik daya imajinasi anak-anak Indonesia.

Tahun ini, FDII mengusung tema “Kisah Rempah”, sebuah ajakan untuk menelusuri sejarah dan kekayaan cerita rakyat yang tumbuh bersama aroma cengkih, pala, dan kayu manis—rempah yang pernah menjadikan Nusantara pusat pertemuan dunia. Melalui kisah-kisah itu, pengunjung diajak menapak jejak perjalanan yang tak hanya menghubungkan pulau-pulau, melainkan menenun identitas, kebanggaan, dan ingatan kolektif bangsa.

Rangkaian Road to FDII 2025 telah dimulai sejak pertengahan tahun. Dari Konser Dongeng PM Toh, maestro seni tutur asal Aceh yang tampil di Taman Ismail Marzuki pada Agustus, hingga Dongeng Kejutan ke Sekolah, program yang menghadirkan pendongeng nasional ke ruang-ruang kelas di Jabodetabek sepanjang September hingga Oktober. Setiap penampilan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan; antara kisah dan kenyataan yang hidup dalam keseharian.

Puncak perayaan di Museum Bank Indonesia menjadi ruang pertemuan bagi semangat kolektif festival. Di tengah arsitektur kolonial yang menyimpan sejarah ekonomi bangsa, dongeng, musik, dan seni pertunjukan berpadu menghadirkan malam yang bukan hanya menghibur, melainkan juga mengajak merenung tentang nilai kebersamaan.

Sementara itu, The Nest Story di Kedai Patjar Merah, Pos Bloc, menambah warna dengan sajian dongeng untuk remaja dan dewasa; suasana hangat di malam minggu yang dirangkai oleh kata, nada, dan tawa.

Tingginya antusiasme membuat perayaan berlanjut ke hari kedua di dua lokasi bersejarah: Museum Bank Indonesia dan Museum Bahari. Deretan pendongeng nasional tampil dengan ragam gaya, dari tutur lisan tradisional hingga perpaduan teater, musik, dan interaksi langsung. Setiap kisah yang mengalun menjadi refleksi betapa kaya dan hidupnya kebudayaan Indonesia; sebuah orkestra suara yang menyeberang generasi dan wilayah.

Sebagai penutup, kelompok Teater Strik dari Austria menghadirkan sentuhan internasional yang berpadu lembut dengan nuansa lokal. Kolaborasi lintas budaya ini menegaskan pesan sederhana namun sarat makna bahwa dongeng adalah bahasa universal yang menembus batas bahasa, waktu, dan geografi, mempertemukan siapa pun dalam semangat kebersamaan yang hangat.

“Kiranya melalui tema Kisah Rempah, anak-anak bisa kembali melihat kekayaan, kemasyhuran, dan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, lalu merasa bangga, kenal, dan dekat dengan sejarah bangsanya,” ujar Hendra Bawole, Direktur FDII 2025.

Dengan semangat “Menyambung Cerita, Menyatu Rasa,” FDII 2025 bukan festival semata, melainkan ruang perjumpaan yang menghidupkan kembali kebersamaan dalam keberagaman. Dari butir rempah hingga kisah yang menyeberang lautan, festival ini mengingatkan bahwa setiap cerita memiliki daya untuk menyatukan, menginspirasi, dan menumbuhkan kebanggaan sebagai anak bangsa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *