Navaswara.com – Universitas Trisakti tidak hanya fokus menghasilkan lulusan yang siap kerja, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk menciptakan lapangan kerja. Gagasan ini ditegaskan langsung oleh Rektor Universitas Trisakti, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., yang percaya bahwa pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab besar terhadap arah pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi tantangan bonus demografi.
Menurutnya, bangsa yang ingin maju tidak bisa bergantung pada kekayaan alam atau jumlah penduduk saja. Kualitas ilmu pengetahuan yang berkembang di perguruan tinggi akan menentukan arah kemajuan itu sendiri. “Negara akan dihormati oleh bangsa lain bukan karena sumber dayanya, melainkan karena kekuatan ilmu pengetahuannya. Oleh karena itu, Ilmu pengetahuan harus terus dikembangkan. Karena semakin maju ilmu suatu bangsa, semakin dihormati pula negara itu oleh dunia,” ujarnya saat ditemui di kampus Trisakti.
ilmu menurutnya. Di sisi lain, universitas juga harus berani beradaptasi agar tetap relevan dengan perubahan. Sebab itu, Trisakti mengembangkan pendekatan pendidikan yang bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu internasionalisasi, digitalisasi, dan kewirausahaan. Ketiganya dijalankan secara paralel agar mahasiswa tidak hanya memiliki kecakapan teknis, melainkan juga kemampuan berinovasi dan bersaing di tingkat global. Dalam kerangka itu,
Trisakti menetapkan tiga orientasi profil lulusan, yaitu profesional, peneliti, dan wirausahawan. “Komposisinya memang tidak sama. Profesional memang paling banyak, peneliti cukup banyak, tapi yang kami harapkan bertambah terus adalah lulusan yang berjiwa wirausaha. Semakin tinggi jumlah entrepreneur, makin kuat pula ekonomi negara,” katanya.
Prof. Kadarsah pun menggarisbawahi bahwa wirausaha menjadi elemen penting dalam membangun ekonomi yang kuat. Indonesia saat ini baru memiliki rasio wirausaha masih di bawah 4 persen dari total penduduk. Padahal, negara-negara maju umumnya memiliki rasio dua kali lipat lebih tinggi. “Kalau kita ingin mandiri, tidak bisa hanya bergantung pada pencari kerja, kita harus mencetak pencipta kerja,” ujarnya.
Di Universitas Trisakti, semangat itu diterapkan melalui berbagai program. “Dari hasil Tracer Study yang kami lakukan, lulusan entrepreneur dari Trisakti sudah di atas 4 persen. Itu sudah sesuai target kami,” ujarnya. Trisakti membentuk ekosistem wirausaha dengan inkubator bisnis, program college preneur, dan mata kuliah kewirausahaan yang terstandar internasional lewat kerja sama dengan Wadhwani Foundation, sebuah yayasan global yang membina startup muda di 14 negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa juga dibimbing langsung oleh alumni yang telah sukses berwirausaha.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, mahasiswa Trisakti juga mengalami lonjakan pencapaian di tingkat internasional. Dari hanya belasan prestasi pada 2021, kini jumlahnyasudah dua ratusan. Hal lain yang perlu jadi catatan juga adalah bahwa Universitas Trisakti telah mendapatkan hibah dari Eurasia Foundation untuk pengembangan Entrepreneurship dan Sosio Technopreneurship.
Dan saat ini Universitas Trisakti telah menjadi bagian dari networking Eurasia Foundation yang beranggotakan lebih dari tujuh ratus perguruan tinggi dari enam puluh negara. Digitalisasi pun menjadi bagian penting dari transformasi yang dilakukan. Trisakti membangun platform pembelajaran berbasis daring, salah satunya melalui NCUT (National Classroom Universtas Trisakti), yang terbuka bagi seluruh pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum di Indonesia. Di sini, pelajar, mahasiswa dan masyarakat.
